Sekitar pertengahan 2015, tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memasang 11 drifter—sebuah pelacak lokasi berukuran mini—pada sampah yang mengalir dari sembilan sungai di Jakarta. Pemasangan drifter dilakukan guna memantau seberapa jauh jarak sampah-sampah plastik Jakarta berlayar di lautan. Periode pemantauan dilakukan selama setahun. Hasilnya, 2 drifter tersangkut di Pulau Bengkulu, 4 di Kepulauan Seribu, dan 4 lainnya tersangkut di pantai Jawa Barat.
“Dan satu nyasar sampai ke Afrika Selatan,” tutur Muhammad Reza Cordova, peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), yang turut andil dalam proyek penelitian itu, kepada reporter detikX pekan lalu. Jarak antara Jakarta dan Afrika Selatan terbentang lebih dari 9.000 kilometer atau hampir dua kali lipat dari jarak Sabang ke Merauke.
Studi yang dilakukan para peneliti BRIN pada 2020 juga menunjukkan data bahwa sampah-sampah plastik dari Indonesia berlayar jauh sampai ke negara-negara tetangga. Dalam jurnal berjudul ‘Marine Debris Pathway Across Indonesian Boundary Seas’, sampah dari utara dan selatan Indonesia terombang-ambing sampai ke Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sampah-sampah itu kemudian nyangkut di beberapa kepulauan Indonesia dan sebagian sampai ke negara belahan Asia lain.
Di bagian utara Indonesia, wilayah yang terdampak antara lain Kepulauan Riau, Borneo barat, Borneo timur, Maluku Utara, dan Raja Ampat. Di bagian selatan, sampah-sampah itu berlayar sampai ke Pulau Aru, Pulau Babar, Sumba, Bali, dan Jawa Barat. Sedangkan di luar garis batas perairan Indonesia, sampah-sampah itu bertualang sampai ke Malaysia, Timor Leste, Brunei Darussalam, Thailand, dan Australia.
Suasana tumpukan sampah di pinggir pantai kawasan Marunda Kepu, Jakarta Utara, Rabu (3/5/2023).
Foto : Pradita Utama/detikcom
I have a blog to share knowledge with you and the latest news